Friday, July 11, 2008

Oleh-oleh dari KEK: Membahagiakan orang tua

(Dikirim ke mailing-list: Komunikasi_KAS dan Serayu-Net - 8 Juli 2008)

Dear Milis,

Dalam acara KEK, kami yang masuk kelompok dewasa mendapatkan akomodasi di rumah umat (live in). Ada juga informasi yang kami dengar, ada yang tinggal di keluarga yang setengah katolik (yang bapaknya bukan katolik).

Kami terdiri dari 4 bapak dan 2 ibu tinggal di tempat seorang ibu dengan keponakannya, Risma, yang baru saja naik kelas 4 SD. Acara hari pertama, Jum'at, cukup padat. Setelah mengikuti prosesi, kami mendapat giliran jaga bakti. Tengah malam kami kembali ke tempat tinggal kami. Lalu Sabtu pagi kami, juga harus segera kembali ke gereja untuk mengikuti misa, dan dilanjutkan seminar sampai sore.

Sabtu sore kami baru berkesempatan berbincang-bincang dengan ibu pemilik rumah dan keponakannya itu. Karena Sabtu malam ada acara Pentas Seni, maka kami mengajak Risma, yang kami pikir pasti senang dengan acara "hiburan malam" itu. Ibu-ibu "bertugas sebagai gembala" bagi si kecil ini, sedangkan bapak-bapak beradorasi sendiri-sendiri.

Saya sempat melihat ibu-ibu dan Risma masuk ke ruang Adorasi Abadi sebentar, sebelum Sakramen Mahakudus dipindahkan ke kapel, untuk adorasi bagi kelompok-kelompok yang terjadwal. Rupanya dari sana, Risma justru menunjukkan taman di komplek Gua Maria Kerep beserta isinya kepada ibu-ibu. Wah layaknya pemandu wisata nih. Setelah itu baru mereka nonton pentas seni.

Sekitar pukul 21.00 setelah beberapa waktu menonton pentas seni, si Risma rupanya merasa telah diberi perhatian oleh tamu-tamunya, sehingga dia tampak bahagia. Anak ini rupanya juga ingin membalas kebaikan yang diperoleh dan ingin membahagiakan orang tua yang telah mengajak ke acara pentas seni. Lalu diapun bertanya kepada ibu-ibu yang menemaninya "Bu, apa bude dan pakde-pakde itu jadi adorasi sampai jam 1 malam?" Dia juga menunjukkan kesiapannya untuk bergantian menemani. Thiiieeng. Haahh?

Ibu-ibu terbengong-bengong dengan tantangan tersebut? Adorasi 3 jam? Lha wong, kalau di stasi atau paroki ada adorasi yang giliran jaga baktinya 1 jam saja, hanya dihadiri oleh sedikit orang (dewasa). Koq ini ada anak baru naik kelas 4 SD ngajak adorasi 3 jam. Malu ah.

Rupanya Risma ini sudah terbiasa beradorasi 3 jam di Kapel Adorasi Abadi di komplek Gua Maria Kerep Ambarawa. Jam 2 pagipun dia ikut umat lain berombongan pergi ke kapel tersebut. Tidak naik sepeda motor atau angkot, tapi jalan kaki sekitar 1 jam.

Dari manakah munculnya motivasi dan iman sebesar ini? Dari lingkungan? Dari imam, biarawan, biarawati? Atau dari Yesus sendiri yang memberi sentuhan yang begitu mendalam untuk berkunjung kepadaNya?

Salam,
Petrus Paryono